tempat pencurah rasa, pendengar cerita, pembagi keluh kesah, penyemangat batin, penjerat humor dan pembahagia kehidupan.

Selasa, 03 Mei 2011

Keblinger Ilmu

Selamat Hari Pendidikan Nasional

Sebenarnya saya ingin memposting tulisan saya ini pas tanggal 2 mei. Dikarenakan ada satu dan lain hal maka batal sudah rencana saya itu.

Semalam tadi (kemarin) saya menonton Sentilan-Sentilun (yang meskipun tidak acara langsung) ditayangkan dalam acara syukuran setahun acara itu di Metro TV. Di Sentilan-Sentilun ada yang lucu. Kata Aswrendo.  “Hai, para pelajar yang sukanya menuntut yang tidak bersalah, maksudnya biasanya kan ditanya ‘mau pergi kemana nak?’ jawabannya kan selalu ‘mau menuntut ilmu Pak’ hahahah”. Kalo dipikir-pikir iya juga ya,, pelajar yang berpedoman tuntutlah ilmu setinggi-tingginya. Maaf, jadi ngglambyar, intinya saya mendapat inspirasi untuk mencurahkan gagasan saya tentang pendidikan Indonesiaku yang tercinta ini.

Hari ini pun  saya belum melihat tayangan TV yang menyiarkan berita tentang hardiknas ini, ironis sekali karena yang muncul dari tadi adalah euphoria Amerika Serikat tentang tewasnya orang yang katanya gembong teroris dunia. Aihh,,, bukannya sok, tapi di hari pendidikan nasional ini kembali saya mendapati pikiran saya nubruk ke kasus radikalisme di kalangan pelajar. Tragis, betapa tidak, orang tua yang menyekolahkan anaknnya dengan tujuan anaknya pintar dan agar ndak jadi bahan goblok-goblokan orang malah di instansi tersebutlah ia tergobloki dan tercarut-marut pikirannya (ambil kasus NII dan penipuan berkedok NII). Pelajar yang selalu identik dengan hal keilmuan bisa juga dengan mudahnya goyah ideologinya.

Menurut halaman di internet yang saya baca falsafah pendidikan Indonesia yaitu Pancasila. Dengan tegas saya menyatakan hal ini memang yang paling pas dengan Indonesia yang beragam. Alih-alih penanaman ideologi bangsa melalui pendidikan, nyatanya pikiran itu tidak begitu mancep di anak-anak didik. Dari dulu juga pertanyaan yang digunakan nge-tes orang cuma “sebutkan kelima sila Pancasila” jawabannya ada yang benar semua, salah satu, salah duanya, eh, lha ngalah ada yang salah semua.

Memang pendidikan di Indonesia kelihatannya kok hanya menuntut ilmu, tidak mengedepankan pemahaman dari penanaman ideologi bangsa tersebut. Walhasil, banyak sekali kita temui belakangan ini (sudah lama sih, cuma terkenalnya baru-baru ini) kasus pelajar atau mahasiswa yang ikut-ikut organisasi kayak NII bahkan dengan kedok NII. Yang lucunya dari segi kesombongan bisa dikatakan, mahasiswa kok bisa-bisanya ditipu? Wah, jangan-jangan mahasiswa pada keblinger dengan ilmu yang semakin banyak ditimba. 
  
Disinilah terletak pentingnya sikap dan akhlak dalam mengamalkan ilmu. Tidak hanya nilai yang dituntut tetapi proses kejujuran yang didalamnya, dan bagaimana ideologi Pancasila merasuk dalam sistem pendidikan kita melalui cara-cara manusiawi dan dengan hati. tidak pula kesombongan akan ilmu yang diperoleh merusak segala kebaikan dalam ilmu yang didapatkan itu. Semoga pendidikan Indonesia ke depan semakin baik, dan lebih baik. Ki Hajar Dewantara: Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.