tempat pencurah rasa, pendengar cerita, pembagi keluh kesah, penyemangat batin, penjerat humor dan pembahagia kehidupan.

Kamis, 03 Februari 2011

Happy Climbing!!

Wow, hari ini genap lebih dari satu tahun saya tidak memanjat dinding (wall climbing) setelah ujian praktek olahraga di SMA dulu (lamanyooo!!!). Rasanya capek banget (padahal naik separo aja enggak sampe hhahaha). Meskipun badan pegel semua, untungnya masih bisa nulis di blog ini dengan penuh curahan jiwa (lebay deh….). Hari ini pas liburan IMLEK, makanya ada acara latihan gabungan MBC (kayak pecinta alamnya SMANSA), Racana Poltekes dan Racana UM. Orangnya sih lumayan banyak (ceweknya, peny.) tapi gag bisa TP2 (huwaaaa… I’m going crazy hahahah). 
me and the wall
me 
Lanjut...!! Ada Mas Andre dari MBC yang ngasih briefing sebelum manjat. Oh ya lupa! Lokasinya di SMAN 1 Malang yg jadi sma-ku dulu (sombong…..hhehe). Mas Andre ngejelasin ada dua tipe dinding, yang pertama tipe bolder (kayaknya sih), intinya poin-poin tumpuan pemanjat menyamping, jadi si pemanjat merambat, bukan naik. Gila, susah bener... latihan di bolder aja sampe bikin tangan merah-merah.

Kedua ya wall (kayaknya sih, sumpah! Pikun banget sih aku!! Hiyy!!) pokoknya yang menjulang ke atas di sma ku sih kira-kira tingginya 20 meter. Disini, Mas Andre ngejelasin ada dua jalur yaitu runner dan fast speed. Bedanya kalo runner kita bikin jalur pendakian n pengamanan sendiri. Kalo fast speed (biasa dilombakan) itu butuh kekuatan n kecepatan. Poin-poin yang diambil akan sangat menentukan kecepatan dan tenaga si pemanjat. Kalau salah langkah satu aja akan bingung menentukan poin mana lagi yang akan di raih. Nah, jadinya lambat dan gag bisa menang deh.


Kata Iponk (http://www.sergapindonesia.com), Kalau mau mencoba panjat dinding, ada beberapa alat wajib yang harus dipakai, yaitu figure of 8 (descender), harness, Gri-gri, carabiner screw gate, carabiner gate, carabiner bent gate, runner (dua carabiner gate dan bent gate yang disatukan dengan memakai quickdraw sling), sepatu panjat, helm, chalk bag dan magnesium karbonat - berfungsi untuk menjaga tangan terhindar dari serangan keringat.“ Alatnya tadi sih lengkap, malah mau sekalian disetting buat reefling juga tapi gag jadi. Anggotanya pada kaburrr!! Payah, padahal kan aku kepingin banget karena enggak pernah. Hhahaha (ketahuan katroknya).

Selain alat yang save juga seorang belayer yang handal. Belayer ini orang yang nahan tali kalo si pemanjat turun. Dia harus sigap menarik tali dan menahan beban orang yang manjat. Pokoknya nggak boleh ngasal! Ada cerita dari Mas Andre, sebulan lalu dia jatuh dari roof, brukk!! (ya di smansa itu) gara-gara belayer-nya tidak melakukan tugas dengan baik. Untungnya dia enggak parah (katanya sih…) kakinya terkilir sampai bengkak. Hiyyy… intinya kita harus ada kepercayaan sama si belayer bahwa dia bakalan nahan kita. Kalo enggak ada kepercayaan bisa-bisa kita malah muter-muter di atas bahkan sampai nabrak tembok karena enggak tenang pas turun.

Iponk ngomong lagi “fisik yang amburadul sudah pasti akan menghambat proses pemanjatan. Itu sebabnya, disarankan untuk tetap giat berlatih agar stamina bisa tetap terjaga. Persiapan fisik yang terbaik adalah melakukan angkat badan. Namun sebelum ini, jika mengikuti petunjuk kesehatan olahraga, tentunya harus ada persiapan fisik seperti lari ringan dan senam untuk memperkuat jantung dan paru. Melatih otot jari dan lengan berarti sebelumnya mengembangkan otot pundak dan pangkal lengan. Kunci kesuksesan pemanjat dalam menyelesaikan jalur tanpa jatuh adalah kekuatan jari mencengkeram pegangan.” Pemanasan sangat penting! jangan coba-coba naik kalo gag pemanasan dulu! Kata oma sama opa bisa ‘kecethit’ ntar! Tambahan, keberanian dan keyakinan penting juga lho! Happy Climbing!!